MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tengah melakukan langkah strategis dalam upaya penghematan anggaran daerah.
Salah satu kebijakan yang diambil adalah evaluasi terhadap tenaga honorer atau pegawai tidak tetap (PTT), yang saat ini berjumlah sekitar 16.000 orang.
Melalui pengurangan sekitar 20% dari total tenaga honorer, Pemprov Sulsel berharap dapat menghemat belanja pegawai hingga Rp250 miliar per tahun.
Kebijakan ini diambil sebagai bagian dari efisiensi fiskal untuk memastikan penggunaan anggaran lebih optimal.
Meski demikian, penghematan ini membuka peluang baru bagi sektor lain yang berpotensi meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya adalah industri pariwisata.
Diversifikasi Wisata sebagai Strategi Pertumbuhan
Seiring dengan kebijakan penghematan ini, Sulsel memiliki peluang besar untuk mengembangkan sektor pariwisata melalui diversifikasi destinasi.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga, menegaskan bahwa pengembangan sektor wisata tidak boleh hanya bergantung pada destinasi populer seperti Pantai Losari atau Tana Toraja.
“Saat ini, wisatawan mencari pengalaman baru. Jika Sulsel ingin meningkatkan daya saingnya, maka diversifikasi wisata harus menjadi prioritas. Kita memiliki banyak potensi wisata alam, budaya, dan kuliner yang bisa dikembangkan lebih jauh,” ujar Anggiat dalam Podcast TribunTimur, Senin (27/1/2025) lalu.
Diversifikasi wisata mencakup pengembangan destinasi baru, peningkatan infrastruktur, serta promosi yang lebih masif untuk menjangkau wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dengan adanya penghematan anggaran dari sektor lain, Pemprov Sulsel bisa mengalokasikan sebagian dana untuk mendukung industri ini.
Optimalisasi Anggaran
Peningkatan infrastruktur dan aksesibilitas menjadi faktor kunci dalam pengembangan sektor pariwisata.
Beberapa wilayah di Sulsel memiliki potensi wisata luar biasa, namun masih terkendala akses jalan yang kurang memadai.
Jika anggaran yang dihemat dialokasikan ke sektor ini, maka akan semakin banyak destinasi yang bisa berkembang dan menarik lebih banyak wisatawan.
Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam pemasaran destinasi wisata juga perlu diperhatikan.
Promosi berbasis digital, termasuk melalui media sosial dan platform wisata, dapat membantu meningkatkan eksposur dan daya tarik Sulsel sebagai tujuan wisata unggulan.
Sinergi Pemerintah dan Swasta
Diversifikasi wisata juga memerlukan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta. Pelaku industri perhotelan, agen perjalanan, serta komunitas lokal bisa berperan aktif dalam mengembangkan destinasi baru.
Dengan adanya dukungan kebijakan yang tepat, sektor pariwisata di Sulsel berpotensi menjadi penggerak utama ekonomi daerah, terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta menciptakan lapangan kerja baru.
Dengan langkah efisiensi anggaran yang diambil oleh Pemprov Sulsel, kini saatnya sektor pariwisata mendapatkan perhatian lebih serius.
Melalui strategi diversifikasi wisata, Sulsel tidak hanya bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai salah satu destinasi unggulan di Indonesia. (*)