LUAR BIASA HEBAT! Itulah kalimat yang terucap dari banyak orang saat mendengar kabar bahwa Presiden Prabowo Subianto kembali diusung untuk maju sebagai Capres dalam Pilpres 2029.
Mungkin inilah satu-satunya presiden di dunia ini yang baru menjabat 125 hari sudah diusung kembali untuk maju dalam Pilpres periode berikutnya.
Dan hebatnya lagi, yang mendukung usungan tersebut bukan hanya partainya, Partai Gerindra, tetapi semua partai anggota KIM Plus (Koalisi Indonesia Maju Plus) turut mendukung. Dengan demikian, ada sekitar 17 partai politik di republik ini yang sudah memberi dukungan.
Wacana untuk mengusung Prabowo maju dalam Pilpres 2029, terungkap dalam Kongres Luar Biasa (KLB) ke-VII Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, pada Kamis, 13 Februari 2025.
Dalam kongres di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra itu, para kader sepakat untuk memilih Prabowo sebagai Ketua Umum sekaligus mengusung kembali maju dalam pertarungan RI 1 lima tahun mendatang.
Terhadap wacana tersebut, Prabowo meminta waktu untuk mengemban tugasnya saat ini. Beliau bahkan menyatakan bahwa jika program-program selama masa pemerintahannya saat ini gagal, maka beliau minta untuk tidak dicalonkan.

Wacana Prematur
Langkah Partai Gerindra melontarkan wacana mengusung Prabowo sebagai Capres 2029, dinilai sebagai langkah prematur.
Partai Gerindra sepertinya sudah menjamin bahwa Presiden Prabowo akan berhasil dalam masa kepemimpinan 2024-2029, sehingga rakyat akan mendukung dan memilih kembali Prabowo menjadi Presiden 2029-2034.
Padahal, sejatinya, hanya presiden yang sukses dalam masa kepemimpinan periode pertamanya yang layak untuk dipilih kembali. Jika program-programnya tidak memuaskan rakyat atau bahkan membuat rakyat mengalami kesulitan-kesulitan hidup, tentu tidak akan dipilih kembali.
Partai Gerindra juga tidak mempertimbangkan soal usia. Jika Tuhan menghendaki Presiden Prabowo panjang usia, maka pada tahun 2029 nanti, beliau berusia 78 tahun.
Bagaimana dengan regulasi yang mengatur mengenai usia calon presiden? Apakah Prabowo masih memungkinkan untuk maju sebagai Capres?
Kalau pun secara regulasi masih memungkinkan, apakah kinerja dan energi Prabowo masih mampu mengemban tugas sebagai presiden bagi rakyat Indonesia yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 300 juta di tahun 2029.
Hal-hal inilah yang luput dari pertimbangan para Elit Partai Gerindra dan elit-elit partai KIM Plus.
Performa 100 hari Pertama
Jika menilik performa dan tampilan Presiden Prabowo pada 100 hari pertama, terutama saat menyampaikan pidato pelantikannya, memang sempat menaikkan asa rakyat.
Prabowo tampil sangat meyakinkan. Masyarakat seperti terhipnotis dan berdecak kagum. Seketika muncul keyakinan bahwa Prabowo akan mampu membawa bangsa ini keluar dari berbagai persoalan yang diwariskan oleh pendahulunya, Joko Widodo. Prabowo diyakini akan menjadi anti tesa terhadap Jokowi.
Saat menyampaikan pidato pelantikannya yang sebagian besar tanpa teks, Prabowo tampak sangat menguasai apa yang ingin beliau sampaikan. Beliau mengemukakan apa yang menjadi komitmen, cita-cita dan harapan-harapannya dalam menjalankan pemerintahan.
Tekadnya tampak sangat kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang rakyatnya sejahtera, berani menghadapi tantangan dan rintangan yang tidak ringan saat ini, serta pemerintahan yang bersih, bebas kolusi dan korupsi.
Untuk yang disebut terakhir, Prabowo menegaskan bahwa dirinya akan memimpin pemerintahan yang bersih, bebas kolusi dan korupsi.
Prabowo juga menegaskan tekadnya untuk mencapai swasembada pangan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Demikian juga swasembada energy sehingga Indonesia tidak tergantung pada negara lain, terutama saat situasi global tidak menguntungkan.
Pemihakannya terhadap wong cilik juga menjadi fokus pemerintahan Prabowo. Beliau menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat banyak.
Hanya saja kita tidak memiliki kepandaian untuk mengelolanya. Oleh karena itu, Prabowo bertekad memaksimalkan pengelolaan SDA demi kesejahteraan masyarakat.
Saat menyampaikan pidato, anggota MPR dan tamu undangan yang hadir tak henti-hentinya memberikan applause (tepuk tangan).
Bahkan sesekali anggota MPR dan tamu undangan melakukan standing applause atau standing ovation, sebagai tanda bahwa komitmen, cita-cita dan harapan-harapan yang disampaikan oleh Prabowo sesuai dengan apa yang diharapkan oleh rakyat negeri ini.
Pidato Pelantikan yang berisi komitmen dan tekad Prabowo tak ayal mengundang decak kagum sebagian besar masyarakat yang mendengarkannya.
Keraguan akan kemampuan Prabowo dalam mengemban amanah Presiden RI, berangsur-angsur hilang. Secara verbal, ternyata Prabowo cukup cerdas dalam mengemas pikiran-pikirannya yang disampaikan secara lisan (tanpa teks).
Ini dapat dibaca sebagai sesuatu yang sangat murni keluar dari lubuk hati yang paling dalam, mengalir keluar dalam bentuk ucapan. Bukan suatu naskah yang dibuat oleh staf ahli atau Staf Kepresidenan.
Karena itu, sampai di sini, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Prabowo telah menumbuhkan rasa optimisme dan harapan yang tinggi akan terjadinya perubahan-perubahan yang signifikan di negeri ini.
Namun, setelah 100 hari masa kepemimpinannya berlalu, Prabowo mulai membuat asa masyarakat melorot ke titik terendah. Ia membuat kebijakan pemangkasan anggaran untuk menutupi biaya MBG (Makan Bergizi Gratis) yang sangat besar serta membayar bunga utang jatuh tempo.
Selain itu, di HUT Gerindra yang ke-17, Prabowo dengan tanpa tedeng aling-aling, memamerkan kemesraannya dengan mantan presiden Joko Widodo. Mereka berdua bahkan saling memuji saat menyampaikan pidato.
Dan yang lebih menggeramkan lagi, Prabowo sudah di wacanakan untuk maju sebagai Capres 2029.
Suasana tersebut tentu sangat bertentangan dengan harapan publik. Prabowo diharapkan menyeret Jokowi ke meja hijau untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya yang banyak merugikan negara ini.
Alih-alih menyeretnya ke meja hijau, Prabowo malah memuji-memuji Jokowi atas jasa-jasanya yang telah mengantarkannya menjadi presiden.
Sungguh sebuah ironi, yang dipertontonkan secara telanjang di mata publik. Semua itu telah menimbulkan rasa pesimisme di kalangan masyarakat dan mahasiswa.
Munculnya tagar #KaburAjaDulu dan #IndonesiaGelap merupakan pertanda bahwa rakyat mulai frustasi menghadapi kenyataan kepemimpinan Presiden Prabowo.
Asumsi ini diperkuat dengan turunnya mahasiswa ke jalan, menuntut perbaikan-perbaikan kebijakan Presiden Prabowo.
Kita berharap Presiden Prabowo mau mendengarkan jeritan nurani rakyat yang disuarakan oleh para mahasiswa. Sebab perjalanan masih sangat panjang.
Prabowo seharusnya tidak perlu memperdulikan para elit partainya yang keburu nafsu mencalonkannya sebagai Capres dalam Pilpres 2029.
Pekerjaan dan pemikiran untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju, bangsa yang makmur, sejahtera, adil, mandiri dan disegani oleh bangsa-bangsa lain, jauh lebih penting daripada sekedar wacana menjadi Capres 2029. Wallahu a’lam.[*]