Berita

PT Vale Soroti Pentingnya Pertambangan Berkelanjutan di Era Transisi Energi Global

Tim Redaksi
×

PT Vale Soroti Pentingnya Pertambangan Berkelanjutan di Era Transisi Energi Global

Sebarkan artikel ini

Terungkap dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025 di Jakarta

Indonesia International Sustainability Forum (IISF) Jakarta 10 Oktober 2025
Indonesia International Sustainability Forum (IISF) Jakarta 10 Oktober 2025

JAKARTA — Indonesia menegaskan posisinya sebagai pemain kunci dalam peta transisi energi global melalui forum Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025 yang berlangsung di Jakarta, Jumat (10/10).

Salah satu sesi unggulan bertajuk “Indonesia at the Epicenter of Critical Minerals: Nickel, Copper, and the Global Energy Transition” yang diinisiasi oleh PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) menjadi sorotan utama karena menghadirkan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, industri, dan lembaga internasional dalam membahas strategi pengelolaan sumber daya mineral secara berkelanjutan.

Sesi berdurasi 90 menit ini dimoderatori oleh Ashwin Balasubramanian, Partner di McKinsey & Company, dengan menghadirkan sejumlah narasumber penting.

Di antaranya Bernardus Irmanto (Presiden Direktur & CEO PT Vale Indonesia), Dr. Ing. Tri Winarno (Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM), David Wei (General Manager Huayou Indonesia), Tom Malik (Head of Corporate Communications PT Merdeka Copper Gold Tbk), dan Rebecca Burton (Deputy Director, Initiative for Responsible Mining Assurance/IRMA).

Perubahan Energi Dunia

Permintaan global terhadap nikel dan tembaga — dua mineral penting untuk pengembangan kendaraan listrik, energi terbarukan, dan infrastruktur elektrifikasi — diproyeksikan meningkat hingga tiga kali lipat pada tahun 2040.

CEO PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pemasok utama, tetapi juga pemimpin dalam praktik pertambangan bertanggung jawab.

“Misi kami bukan sekadar memenuhi permintaan global, tetapi memastikan keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat menjadi inti kontribusi Indonesia menuju masa depan dunia yang net-zero,” ujarnya.

Indonesia International Sustainability Forum (IISF) Jakarta 10 Oktober 2025

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Dr. Ing. Tri Winarno, menyampaikan bahwa pemerintah berkomitmen mendorong pertumbuhan industri mineral tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.

“Komitmen Indonesia terhadap pengelolaan mineral yang bertanggung jawab sangat jelas. Hilirisasi harus sejalan dengan dekarbonisasi dan kepatuhan pada standar internasional,” tegasnya.

Ia menambahkan, sinergi antara inovasi teknologi dan kebijakan akan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang tidak hanya kaya sumber daya, tetapi juga berintegritas dalam praktik industrinya.

Kemitraan Berkelanjutan

Dari sisi industri, David Wei dari Huayou Indonesia menilai keberlanjutan kini menjadi ukuran kredibilitas global.

“Kemitraan kami dengan PT Vale adalah contoh bagaimana industri dapat membangun rantai pasok yang bertanggung jawab sekaligus berkontribusi pada pengurangan karbon dan kesejahteraan sosial,” jelasnya.

Sementara itu, Tom Malik dari PT Merdeka Copper Gold Tbk menegaskan bahwa sektor tembaga Indonesia tengah naik kelas dalam mendukung elektrifikasi global.

“Pertumbuhan perusahaan kami selaras dengan prinsip ESG yang ketat, terutama dalam pengelolaan air, perlindungan keanekaragaman hayati, dan keterlibatan masyarakat,” ungkapnya.

Sertifikasi IRMA

Dari perspektif lembaga internasional, Rebecca Burton dari IRMA mengapresiasi langkah PT Vale Indonesia sebagai pelopor sertifikasi pertambangan berkelanjutan di Tanah Air.

“Indonesia kini berpeluang besar menunjukkan kepada dunia bahwa pertumbuhan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan bisa berjalan beriringan,” katanya.

Menurut Burton, penerapan standar seperti IRMA memberikan legitimasi global terhadap praktik pertambangan Indonesia yang transparan dan manusiawi.

Sesi diskusi ditutup dengan penegasan bahwa kepemimpinan Indonesia di sektor mineral kritis harus diukur bukan hanya dari volume produksi, tetapi dari standar nilai dan keberlanjutan yang diusung.

“Potensi sejati Indonesia ada pada kemampuannya memimpin bukan hanya dengan skala, tetapi dengan standar. Kami berkomitmen agar setiap ton nikel yang ditambang berkontribusi pada masa depan yang lebih bersih, adil, dan berkelanjutan bagi dunia,” pungkas Bernardus Irmanto.